Makalah Semantik Bahasa Indonesia
KAJIAN BAHASA DAN SASTRA
SEMANTIK
Dosen Pengampu: Apri Kartikasari,H.S.Pd.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
1. Reka Devi R.
(1702101076)
2. Muhammad Aiza M.
(1702101081)
3. Vinna Dwi P.
(1702101083)
4. Wanti Setyorahayu (1702101089)
5. Muhammad Afif H.
(1702101095)
6. Laila Ni’matul K. (1702101096)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau
makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik,
bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan
untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik
yang mempelajari tentang makna.
Kata semantik berasal
dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang
(sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama
Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah
yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Bidang studi linguistik yang objek
penelitiannya makna bahasa merupakan satu tataran linguistik. Semantik dengan
objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau disemua tataran yang
bangun-membangun ini : makna berada didalam tataran fonologi, morfologi dan
sintaksis. Semantik bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain
yang lebih besar, melainkan unsur yang berada pada semua tataran itu, meski
sifat kehadiranya pada tiap tataran itu tidak sama.
Bahasa merupakan media komunikasi
yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan
individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita
sangat bervariasi bentuknya, Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh
masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau
kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semantik
Semantik yang semula
berasal dari bahasa Yunani,mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai
istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan
anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian
dari linguistik.seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal
ini juga menduduki tingkatan tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya menduduki tingkat pertama, tata
bahasa pada tingkat kedua , maka komponen makna menduduki tingkatan yang paling
akhir .hubungan ketiga komponen itu sesuai dengan kenyataan bahwa (a) bahasa
pada awalnya merupakan bunyi bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang
lambang tertentu, (b) lambang lambang merupakan seperangkat sistem yang
memiliki tatanan dan hubungan tertentu, dan (c) seperangkat lambang yang
memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu (Palmer,
1981:5 ).
B.
Semantik
dalam Linguistik
Linguistik
mempunyai dua pemahaman didalam bahasa indonesia, sebagai terjemahan dari
bahasa inggris linguistics, yakni; (1)ilmu bahasa, dan (2)bahasa. Kedua unsur
kebahasaan (signifiant dan signifie) pada dasarnya merupakan nsur dasar yang
belum digunakan dalam komunikasi. Signifiant adalah gambaran bunyi abstrak
dalam kesadaran manusia, sedangkan signifie berupa gambaran dunia luar dalam
abstraksi kesadaran yang diacu oleh signifiant tersebut
Kedudukan
semantik pada tataran bahasa melibatkan tataran yang lebih luas dari sintaksis.
Meskipun makna dan lambang serta aspek semantik dan tata bahasa merupakan unsur
yang tidak dapat dipisahkan, dalam menentukan hubungan semantik dan linguistik
masih terdapat sejumlah perbedaan. Linguistik membatasi diripada garapan bentuk
dan makna, sedangkan acuan bergantung pada pengalaman penutur bahasa itu
sendiri. Semantik lebih menitikberatkan pada bidang makna dengan berpangkal
dari acuan dan bentuk(simbol). Acuan dapat berupa konkret atau abstrak.
C. Unsur-unsur semantik
1.
Tanda
(Sign) dan Lambang (Symbol)
Teori
tanda dikembangkan oleh Perre pada
abad ke-18 yang dipertegas dengan munculnya buku The Meaning of Meanning,
karangan Ogden & Richards pada
tahun 1923. Dalam perkembangannya, teori tanda kemudian dikenal dengan
semiotik, yang dibagi dalam tiga cabang , yakni :
(1) Semantik
(2) Sintaktik
(3) Pragmatik
Semantik
berhubungan dengan tanda tanda; sintaktik berhubungan dengan gabungan tanda
tanda (susunan tanda tanda); sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal usul,
pemakaian, dan akibat pemakaian tanda tanda dalam tingkah laku berbahasa
Penggolongan
tanda dapat dilakukan dengan cara :
(1) Tanda
yang ditimbulkan oleh alam, diketahui manusia karena pengalaman, misalnya;
a. Hari
mendung tanda akan hujan
b. Hujan
terus menerus dapat menimbulkan banjir
c. Banjir
dapat menimbulkan wabah penyakit dan kelaparan, dst.
(2) Tanda
yang ditimbulkan oleh binatang, diketahui manusia dari suara binatang tersebut,
misalnya;
a. Anjing
menggonggong tanda ada orang yang masuk halaman.
b. Kucing
bertengkar (mengeong) dengan ramaisuaranya tanda ada wabah penyakit atau
keributan (bagi masyarakat bangsa Indonesia yang ada di Jawa Barat), dst.
(3) Tanda
yang ditimbulkan olehmanusia, tanda ini dibedakan atas :
a. Yang
bersifat verbal
b. Yang
bersifat non verbal.
Tanda
yang bersifat verbal (1) adalah tanda yang dihasilkan manusia melalui alat alat
bicara (organ of speech). Tanda yang non verbal (2) digunakan manusia untuk
berkomunikasi, sama halnya dengan tanda verbal. Tanda non verbal dapat
dibedakan atas :
(1) Tanda
yang dihasilkan anggota badan (body
gesture) dikenal sebagai bahasa isyarat, misalnya:
a. Acungan
jempol bermakna hebat, bagus, dsb.
b. Angguk-angguk
bermakna ya, menghormat, dsb.
c. Menggelengkan
kepala : tidak, bukan,dsb.
d. Membelalakkan
mata bermakna heran, marah, dsb.
e. Mengacungkan
telunjuk bermakna tidak mengerti, setuju, dsb.
f. Menunjuk
bermakna itu, satu orang,dsb.
(2) Tanda
yang dihasilkan melalui bunyi (suara) misalnya;
a. Bersiul
bermakna gembira, memanggil, ingin kenal,dsb.
b. Menjerit
bermakna sakit,minta tolong, ada bahaya , dsb.
c. Berdehem
(batuk-batuk kecil) bermakna ada orang,ingin kenal, dsb.
Perbedaan lambang dan simbol terletak
pada hubungannya dengan kenyataan, sedangkan simbol tidak. Tanda memperlihatkan
hubungan langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang memperlihatkan hubungan
yang tidak langsung. Tanda memperlihatkan
kenyataan bahwa jalan berbelok-belok, sedangkan lambang berbelok-belok belum
tentu mengacu pada jalan yang berbelok belok. Lambang memanfaatkan bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh alat alat bicara manusia yang kemudian jika ingin
dinyatakan dalam bentuk tertulis, maka lambang tadi menggunakan grafem grafem
tertentu, sedangkan tanda tidak seperti itu.
Tanda,
meskipun bersifat konvensional tidak dapat diorganisasi , tidak dapat direkam,
dan tidak dapat dikomunikasikan seperti lambang. Ingin diingatkan di dalam
semiotik ,lambang juga adalah tanda. Itu sebabnya dkatakan, bahasa adalah
sistem tanda. Dengan kata lain, lambang sebagai tanda berhubungan dengan
bahasa.
2.
Makna
Leksikal dan Hubungan Referensial
Makna
leksikal secara umum dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar, yakni makna
besar dan makna perluasan, atau makna donotatif (kognitif, dekriptif) dan makna
konotatif atau emotif. Hubungan antara kata, makna kata, dan dunia kenyataan
disebut hubungan referensial. Hubungan yang terdapat antara; (1) kata sebagai
satuan fonologis, yang membawa makna, (2) makna atau konsep yang dibentuk oleh
kata, (3) dunia kenyataan yang ditunjuk (diacu) oleh kata, merupakan hubungan
referensial.
Hubungan
referensial adalah hubungan yang terdapat antara sebuah kata dan dunia luar
bahasa yang diacu oleh pembicara, misalnya;
Kamus mengacu
kepada sejenis buku tertentu
Tebal
mengacu kepada suatu kualitas benda tertentu
Hubungan
antara kata (lambang), makna (konsep atau refernec), dan sesuatu yang diacu
(referent) adalah hubungan tidak langsug. Hubungan tersebut digambarkan melalui
apa yang disebut segitiga semiotik. Simbol atau lambang adalah unsur linguistik
berupa kata (kalimat, dsb); referent adalah objek atau hal yang ditunjuk
(peristiwa, fakta dalam dunia pengalaman manusia; konsep (reference) adalah apa
yang ada pada pikiran kita tentang objek yang diwujudkan melalui lambang
(simbol).
3.
Penamaan
(Naming)
Nama
merupakan kata kata yang menjadi label setiap makhluk benda, aktivitas, dan
peristiwa. Anak anak mendapat kata-kata dengan cara belajar, dan menirukan
bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk pertama kalinya. Nama-nama ini muncul
kibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia
berjenis jenis. Kadang-kadang manusia sulit memberikan label satu per satu,
oleh karena itu,muncul nama nama kelompok, misalnya binatang, burung, ikan, dan
sebagainya. Penamaan setiap daerah atau lingkungan kebudayaan tertentu bagi
benda yang sama tentunya berbeda, antara lain padi (bahasa indonesia), pare
(bahasa sunda), ada pula yang menyebut pale (Gorontalo). Masalah yang muncul
sehubungan dengan perbedaan nama tersebut ialah apakah hubungan nama dengan
benda? Plato (429-348 M) berpendapat, bahwa ada hubungan hayati antara nama dan
benda, sebagai label dari benda benda dan atau peristiwa,
Masalah
yang muncul sehubungan dengan nama, apakah nama ada hubungannya dengan istilah
dan definisi? Nama berupa kata atau kata kata yang merupakan label dari makhluk
hidup, benda, aktivitas, dan peristiwa. Istilah adalah nama tertentu yang
bersifat khusus atau suatu nama yang berisi kata atau gabungan kata yang
cermat, mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di
bidang tertentu. Definisi adalah nama yang diberi keterangan singkat dan jelas
dibidang tertentu.
Suatu
nama dapat berfungsi sebagai istilah; istilah-istilah akan menjadi jelas bila
diberi definisi, demikian pula nama. Istilah sama halnya dengan definisi,
keduanya berisi pembatasan tentang suatu fakta, peristiwa atau kejadian,dan
proses
4.
Istilah
Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari
makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa
istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna
tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam
Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna
dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286)
mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki
atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dapat dikatakan bahwa batasan tentang
pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki
kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
5.
Aspek
makna
Aspek
makna menurut Palmer (1976) dapat
dipertimbangkan dari fungsi, dan dapat
dibedakan atas:
1.
Sense (pengertian)
Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan
ide atau pesan yang dimaksud. Misalnya:
(1) Hari
ini hujan
(2) Hari
ini mendung
Didalam komunikasi tersebut tentu ada
unsur pendengar (ragam lisan) dan pembaca (ragam tulis), yang mempunyai
pengertian yang sama . informasi atau apa yang kita ceritakan tersebut memiliki
persoalan inti yang biasa disebut tema.
2.
Feeling (perasaan)
Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap
pembicara dengan situasi pembicaraan. Didalam kehidupan sehari hari kita selalu
berhubungan dengan perasaan (misalnya sedih, panas, dingin, gembira, jengkel).
Pernyataan situasi yang berhubungan dengan aspek makna perasaan tersebut
digunakan kata kata yang sesuai dengan situasinya. Kata kata yang sesuai dengan
makna perasaan ini muncul dari pengalaman.
3.
Tone (nada)
Aspek makna nada adalah sikap pembicara terhadap
kawan bicara. Aspek makna nada ini melibatkan pembicara untuk memilih kata kata
yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan pembicara sendiri. Aspek makna nada
ini berhubungan pula dengan aspek makna perasaan, bila kita jengkel maka sikap
kita akan berlainan dengan perasaan bergembira terhadap kawan bicara.
4.
Intension (tujuan)
Aspek makna tujuan ini adalah (tujuan
atau maksud, baik disadari maupun tidak, akibat usaha dari peningkatan).
Misalnya, dengan mengatakan “Penipu kau!” tujuannya supaya kawan bicara
mengubah kelakuan (tindakan) yang tidak diinginkan tersebut
6.
Jenis
jenis makna
a.
Makna
Leksikal
Makna
kata yang sesuai dengan referensinya, makna yang sesuai dengan hasil observasi
alat indera, atau makna yang sungguh sungguh nyata dalam kehidupan kita.
Contoh
: Petani di desa itu gagal panen karena serangan hama tikus
Kata
tikus dalam kalimat diatas mengandung makna leksikal yaitu sejenis binatang
pengerat yang dapat mengakibatkan penyakit tifus dan perusak tanaman
b.
Makna
Gramatikal
Makna
kata yang terjadi karena proses ketatabahasaan seperti afiksasi, reduplikasi,
dan komposisi
Contoh:
Batu seberat itu, terangkat juga oleh adik
Penambahan
awalan –ter pada kata angkat memberikan makna dapat dalam kalimat tersebut.
Sehingga maksud dari kalimat tersebut adik dapat mengangkat batu seberat itu.
c.
Makna
Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada didalam suatu
konteks.
Misalnya,
makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut
(a).
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih. (b). Sebagai kepala sekolah dia
harus menegur murid itu
d.
Makna
Referensial
Makna
referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensinya/acuannya. Sehingga
sebuah kata dapat disebut bermakna referensial kalau ada referensinya atau
acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata
yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
5.
Makna Idiom
Makna idiom atau makna idiomatic
merupakan makna kata yang terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna
yang terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Pengertian makna
idiom hampir mirip dengan makna konotasi.
Contoh: Pada frasa ‘ringan tangan’ bukan berarti tangan tersebut harus
memiliki bobot yang ringan, melainkan penggunaan frasa tersebut mengacu pada
sifat ‘yang suka menolong’.
6.
Makna
Pictorial
Makna pictorial ialah makna yang
muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang di dengar atau
di baca.
Contoh: Dalam BI terdapat kata kakus. Orang yang
mendengar atau membaca kata kakus, akan terbayang hal-hal yang
berhubungan dengan kakus, misalnya baunya, warna kotoran yang masuk kedalam
kakus. Pendengar atau pembaca jijik, mual, dan kalau kita dengar ketika kita
sedang makan, dan kemungkinan besar kita akan berhenti makan. Makna
kata kakus dengan segala bayangannya ada di dalam otak kita.
7.
Makna Kontruksi
Makna kontruksi adalah makna yang
terdapat didaam konstruksi, misalnya makna milik yang diungkapkan dengan urutan
kata didalam bahasa indonesia. Disamping itu, makna milik dapat diungkapkan
melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaan. Contoh; perempuan
itu adalah ibu saya . halini berarti perempuan yang dimaksud itu adalah ibunya
(dia)
8.
Makna
kognitif
Makna
yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsure bahasa yang sangat dekat
hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan dan dapat dijelaskan
berdasarkan analisis komponennya.
Contoh:
Kata pohon Jika kita bermakna pohon terbayang pada kita pohon
yang selama ini kita kenal yaitu tunbuhan; tinggi; berdaun, berbatang,
kadang – kadang bercabang, kadang-kadang tidak.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
pemaparan materi diatas tentang semantik, dapat diketahui bahwa semantik
merupakan studi yang merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang
makna. Bidang studi linguistik yang objek
penelitiannya makna bahasa merupakan satu tataran linguistik. Semantik juga
memiliki beberapa unsur-unsur antara lain : Tanda (sign) dan Lambang (symbol),
Makna leksikal dan Hubungan referensial, Penamaan (naming), Istilah makna,
Aspek makna,.Adapun juga dalam materi Semantik ini mempunyai Jenis-jenis Makna
meliputi: Makna Leksikal, Makna Gramatikal, Makna Kontekstual, Makna
Referensial, Makna Idiom, Makna Pictorial, Makna Kontruksi dan juga Makna
kognitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Pateda,
Mansoer. 2010. Semantik Leksikal.
Ed.2 Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma,T.
Fatimah . 1993. SEMANTIK 1 Makna Leksikal
dan Gramatikal. Bandung : Reflika aditama
Djajasudarma,
T. Fatimah. 1999. Semantik 2, Pemahaman
Ilmu Makna. Bandung: PT Refika Aditama.
Amminuddin.
1988. Semantik Pengantar Studi Tentang
Makna. Bandung: C.V. Sinar Baru.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Semantik Bahasa Indonesia"
Posting Komentar