BIAYA BAHAN
BIAYA
BAHAN
Biaya bahan adalah satu
dari tiga elemen biaya dari suatu produk dan biasanya merupakan bagian yang
besar dan berarti dalam jumlah biaya produksi dari suatu perusahaan manufaktur.
Melalui suatu proses produksi yaitu
dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, bahan – bahan
diubah menjadi barang jadi. Biaya bahan yang dipakai dalam produksi menjadi
bagian dari harga pokok barang yang dihasilkan, atau dalam istilah teknis
akuntansi tersebut harga pokok produksi (cost of goods manufactured). Jika
barang dijual, maka biaya bahan menjadi bagian dari beban pokok penjualan (cost
of goods sold) yang digunakan dalam menentukan laba.
Perencanaan dan
pengendalian persediaan merupakan tahap yang penting dalam manajemen bahan,
dengan maksud meminimumkan jumlah biaya dan pada akhirnya akan memaksimumkan
laba perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
1. AKUNTANSI
BIAYA BAHAN
Akuntansi untuk biaya
bahan bertujuan untuk penentuan harga pokok bahan yang pada akhirnya menentukan
harga pokok produk, sekaligus digunakan untuk mengendalikan biaya bahan. Oleh
karena itu, dalam akuntansi biaya bahan diperlukan suatu sistem pengendalian
bahan untuk menelusuri dan memonitor kegiatan pengadaan seperti pembelian,
penerimaan, penyimpanan, pembayaran, dan pemakaian bahan.
Sistem pengendalian bahan
biasanya meliputi penggunaan formulir – formulir dan media pencataan untuk
mencatat dan melaporkan data yang diperlukan, dan seperangkat prosedur
operasional yang berhubungan dengan pemakaian dari formulir tersebut.
a. Prosedur
Pembelian dan Penerimaan Bahan
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh bagian
pembelian/orang yang secara resmi diberi wewenang untuk melakukan pembelian
dari suatu perusahaan. Tujuan dari fungsi pembelian adalah menjamin bahwa :
1.
Departemen
atau bagian produksi senantiasa mempunyai bahan baku yang cukup.
2.
Pembelian
bahan baku dilakukan dengan harga yang paling rendah.
3.
Bahan
baku tersebut memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh manajemen atau
pimpinan perusahan.
Di samping bahan baku, bagian pembelian biasanya juga
melakukan pembelian atas perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Ada tiga formulir utama yang digunakan dalam prosedur pembelian
sampai diterima oleh bagian penerimaan atau gudang, yaitu :
1.
Permintaan
pembelian (purchase requisition), merupakan formulir yang dibuat dan diisi oleh
unit tertentu dalam perusahaan untuk memberitahu kepada bagian pembelian
mengenai bahan atau perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan.
2.
Order
pembelian (purchase order), merupakan permohonan tertulis kepada rekanan
(supplier) untuk membeli barang-barang yang diperlukan dalam jumlah atau
kuantitas tertentu dengan harga yang disetujui, dan syarat-syarat penyerahan
serta syarat pembayaran yang ditetapkan.
3.
Laporan
penerimaan (receiving report) merupakan laporan yang dibuat oleh bagian atau
departemen penerimaan dengan menyatakan jumlah atau kuantitas dan kondisi dari
barang yang diterima.
Prosedur pengadaan bahan baku dalam perusahaan sebagai
berikut.
1.
Prosedur
pembelian yang terdiri atas :
a.
Pembuatan
formulir permintaan pembelian. Formulir ini dapat berasal dari pegawai gudang,
pegawai yang menangani kartu persediaan bahan, manajer produksi untuk pembelian
bahan khusus, dan pembelian bahan dalam jumlah yang tidak biasa, departemen
lainnya yang memerlukan barang-barang khusus, dan juga bisa berasal dari
komputer yang telah diprogramkan menghasilkan semacam formulir permintaan
pembelian.
b.
Departemen
pembelian meminta penawaran harga dari beberapa rekanan (suppliers) dan atas
dasar salah satu penawaran harga yang disetujui oleh manajemen perusahaan,
selanjutnya membuat atau mengisi formulir order pembelian rangkap lima yang
disetujui atau ditandatangani oleh kepala departemen pembelian.
2.
Prosedur
penerimaan atas bahan yang telah dipesan. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh
bagian penerimaan atau karyawan gudang yang ditugaskan tersebut sesuai dengan
standar yang diinginkan. Penjual disetujui atau ada jumlah tertentu yang
ditolak dan mengungkapkan alasannya.
c. Prosedur
Pembayaran
Prosedur ini dimulai dari bagian akuntasi menerima dan
mem-file satu salinan order pembelian dari bagian pembelian. Setelah faktur
diterima dari rekanan atau penjual, bagian akuntasi mencocokkan faktur dengan
order pembelian dan mem-file kedua dokumen tersebut seraya menunggu laporan
penerimaan barang. Apabila laporan pembelian barang diterima dari bagian
penerimaan, dokumen penerimaan ini harus dicocokkan dengan faktur untuk
memastikan bahwa barang atau bahan yang diterima memenuhi spesifikasi yang
diinginkan dalam order pembelian, seperti jenis barang, jumlah unit, harga per
unit dan jumlahnya, potongan dan syarat pembayaran, dan syarat lainnya. Apabila
faktur dapat disetujui, selanjutnya dibuat bukti jurnal (journal voucher) dan
melampirkan faktur, laporan penerimaan barang dan order pembelian pada bukti
jurnal sebagai dokumen pendukung. Berdasarkan pada bukti jurnal ini bagian
akuntasi mencatat transaksi ke dalam buku harian atau jurnal pembelian dan
masing-masing buku tambahan atau kartu persediaan bahan.
d. Prosedur
Pemakaian Dan Alokasi Biaya Bahan
Seperti halnya dengan prosedur pembelian dan
penerimaan barang, prosedur pembayaran dan juga setiap prosedur operasional
harus dirancang dalam menunjukkan suatu langkah-langkah yang sistematis dan
efisien dan telah mempertimbangkan dan mencakup segi-segi pengendalian yang
baik didalam prosedur-prosedur tersebut (built in control). Prosedur pemakaian
bahan terdiri atas berikut ini.
1.
Permintaan
bahan baku dan bahan tidak langsung kepada bagian penyimpanan atau gudang
biasanya berasal dari departemen produksi.permintaan bahan ini dilakukan dengan
menggunakan formulir bukti permintaan bahan (material requestion) yang harus
disetujui terlebih dahulu oleh orang atau pejabat yang berwenang, yang dalam
hal ini bisa seorang kepala departemen, pengawas atau mandor dan kepala regu.
2.
Berdasarkan
bukti permintaan bahan, karyawan pemegang kartu persediaan bahan mecatat pada
bagian keluar dan selanjutnya dibukukan ke kartu harga pokok pesanan dan
laporan biaya produksi, atau daftar biaya overhead pabrik per departemen.
Contoh formulir bukti permintaan bahan dapat dilihat pada halaman berikut.
Sebagaimana proses akuntansi yang berlaku umum,
transaksi permintaan bahan juga dicatat dalam buku harian atau jurnal umum
(general journal) sebelum dipindah bukukan ke akun buku besar bahan. Dalam
uraian buku ini, akun buku besar bahan telah menggunakan nama akun persediaan
bahan yang menghimpun bahan buku dan juga bahan tidak langsung. Oleh karena
transaksi permintaan bahan buku dan bahan tidak langsung oleh departemen
produksi dan permintaan perlengkapan oleh bagian pemasaran dan bagian
administrasi merupakan jumlah transaksi yang banyak dan berulang-ulang, maka
digunakan buku harian atau jurnal khusus yaitu buku harian permintaan bahan
(material requisition journal) untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut.
Berbagai transaksi permintaan bahan dan perlengkapan dapat dicatat dengan ayat
jurnal sebagai berikut.
Barang dalam Proses xx
Biaya Overhead Pabrik xx
Beban Perlengkapan Pemasaran xx
Beban Perlengkapan Administrasi xx
Persediaan
Bahan xx
2. METODE
HARGA POKOK BAHAN
Harga pokok bahan adalah
harga perolehan, yaitu harga untuk memperoleh bahan tersebut. Harga perolehan
meliputi harga beli ditambah dengan semua biaya yang terjadi sampai dengan
bahan digunakan dalam proses produksi. Dalam hal demikian, disamping harga beli,
dalam harga pokok bahan termasuk biaya lainnya yang berkaitan dengan pembelian,
penerimaan, pemeriksaan bahan, asuransi, penyimpanan, dan biaya lainnya yang
juga memengaruhi penentuan biaya produksi.
Dalam hal pertimbangan
dari segi praktis dan perbandingan manfaat dan biaya sering kali terjadi dalam
praktik di mana harga pokok bahan hanya mencakup harga faktur atau harga beli,
ditambah biaya yang berkaitan langsung dengan pembelian, seperti biaya
pengangkutan, bea masuk, dan asuransi.
a. Potongan
Harga
Dalam akuntansi harga pokok bahan ada 2 jenis potongan
pembelian yang memengaruhi penentuan harga pokok dari bahan tersebut, sebagai
berikut :
1.
Potongan
perdagangan (trade discount), potongan perdagangan diberikan penjual karena
perusahaan melakukan pembelian dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar.
Potongan ini biasanya tidak termasuk dalam catatan akuntansi tetap diperlukan
sebagai pengurangan atas harga perolehan.
2.
Potongan
tunai (cash discount) merupakan potongan harga yang diterima oleh perusahaan
apabila pembayaran dilakukan lebih segera dari jangka waktu kredit. Syarat
untuk potongan tunai biasanya dinyatakan dalam format seperti 2/10, n/30. Hal
ini berarti bahwa jangka waktu kredit diberikan oleh penjual adalah 30 hari,
dan bila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari setelah tanggal
transaksi maka diberikan potongan sebesar 2%.
Ada 2 jenis metode yang dapat digunakan dalam mencatat
transaksi pembelian bahan sehubungan dengan adanya potongan tunai dalam syarat
jual beli atau kredit, sebagai berikut:
1.
Metode
bersih, di mana pembelian bahan atau persediaan dicatat dengan harga faktur
bruto dikurangi potongan tunai yang direncanakan akan diambil.
2.
Metode
bruto yang mencatat persediaan dengan harga faktur tanpa memperhitungkan
potongan tunai yang disyaratkan. Dengan metode bruto, potongan tunai yang
diambil dicatat dengan mengkredit akun pembelian, jika perusahaan menggunakan
sistem periodik dalam mencatat persediaan. Akan tetapi, bila digunakan sistem
perpetual, maka potongan tunai ini dikredit langsung ke persediaan yaitu ke
akun persediaan bahan.
b. Biaya
Pengangkutan
Biaya pengangkutan yang terjadi sehubungan dengan
perolehan bahan merupakan bagian dari harga perolehan bahan, dengan demikian
biaya ini termasuk sebagian harga pokok bahan. Biasanya, biaya pengangkutan
mencakup beberapa faktur dan jenis bahan yang dibeli. Oleh karena itu, dalam
penentuan harga pokok untuk setiap jenis bahan diperlukan suatu alokasi biaya.
Cara mengalokasikan biaya pengangkutan ini dapat dilakukan atas dasar nilai
dari masing – masing faktur atau nilai dari setiap jenis bahan pada faktur
dalam hal pembelian hanya untuk satu faktur. Cara lain adalah berdasarkan
masing – masing jenis bahan.
Sebagai contoh, biayan pengangkutan sebesar Rp
1.400.000 berkaitan dengan nilai pembelian dari satu faktur sebesar Rp
20.000.000 dengan jumlah berat 10.000kg. Untuk setiap Rp 1 bahan yang dibeli
akan memperoleh alokasi biaya pengangkutan sebesar Rp 0,07 (Rp 1.400.000 : Rp
20.000.000). Bila didasarkan pada berat bahan, maka per kg bahan akan dibebani
biaya pengangkutan sebesar Rp 140 (Rp 1.400.000 : 10.000). Apabila jumlah biaya
pengangkutan ini dicatat dengan mendebit akun persediaan bahan, maka untuk
setiap jenis bahan yang berkaitan biaya ini juga ditambahkan kepada masing – masing
akun buku tambahan atau kartu persediaan bahan.
Untuk memudahkan pencatatan, diselenggarakan akun
biaya pengangkutan untuk menghimpun seluruh biaya pengangkutan yang terjadi.
Alokasi biaya ini baru dilakukan pada saat bahan digunakan untuk proses produksi.
Ayat jurnal untuk mencatat biaya pengangkutan pada
saat terjadinya, sebagai berikut :
(Dr) Biaya Pengangkutan xx
(Cr)
Kas/Biaya yang Masih Harus Dibayar xx
Sedangkan ayat jurnal untuk mengalokasikan biaya
pengangkutan pada saat bahan digunakan untuk produksi.
(Dr) Barang dalam Proses xx
(Cr)
Biaya Pengangkutan xx
Pada akhr periode akuntansi, saldo dari akun biaya
pengangkutan ini dapat dibebankan ke akun beban pokok penjualan jika jumlahnya
tidak berarti. Apabila saldonya menunjukkan nilai yang cukup besar, maka
alokasikan ke akun beban pokok penjualan dari akun persediaan bahan (material).
Belum ada Komentar untuk "BIAYA BAHAN"
Posting Komentar