Attribute Sampling
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Attribute sampling
digunakan oleh auditor terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern
(dalam pengujian pengendalian). Ada tiga model attribute sampling : (1) fixed-sample-size attribute sampling,
(2) stop-or-go sampling, (3) discovery sampling. Model pengambilan
sampel dengan fixed-sample-size attribute
sampling ditunjukkan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu
tertentu dalam suatu populasi. Model pengambilan sampel stop-or-go sampling sering juga disebut dengan decision attribute
sampling yang digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan
dalam popilasi sangat kecil. Model pengambilan sampel discovery sampling cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol).
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan statistical sampling?
2. Apa
yang dimaksud dengan statistical sampling models?
3. Apa
saja model attribute sampling models?
4. Bagaimana
cara pengujian fixed sample size attribute sampling?
5. Bagaimana
cara pengujian stop or go sampling?
6. Dasar
apa saja penggunaan discovery sampling?
C.
Tujuan
Penyusunan Makalah
Tujuan penyusunan makalah
ini adalah untuk mengetahui cara pengambilan sampel atau pengujian efektivitas
pengendalian intern yang digunakan oleh auditor. Model attribute samplingnya
yaitu : 1). fixed-sample-size attribute
sampling, 2). stop-or-go sampling,
3). discovery sampling.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti
disebutkan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, dalam auditnya, auditor
tidak mengumpulkan semua bukti untuk merumuskan pendapatnya, melainkan
melakukan pengujian (test) terhadap karakteristik sebagian bukti untuk membuat
kesimpulan mengenai karakteristik seluruh bukti. Dalam bab ini diuraikan
penggunaan statistical sampling dalam pengujian pengendalian (test of control),
yang meliputi penggunaan tiga attribute sampling models berikut ini:
fixed-sample-size attribute sampling, stop-or-go sampling, dan discovery
sampling.
1. STATISTICAL
SAMPLING
Dalam
auditnya, auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara seperti
tercantum pada gambar dibawah ini:
Tipe Sample
|
Contoh Penerapan Sampel
|
Cara Pemilihan Sampel
|
Pengambilan Kesimpulan Didasarkan
|
1. Sampel
100%
|
Semua faktur penjualan di atas
Rp. 400.000 diperiksa oleh auditor.
|
Unsur Kunci
|
Konklusif
|
2. Judgment
Sampel
|
Semua faktur penjualan yang
dibuat mulai bulan Juni s.d. september 19X1
|
Pertimbangan Auditor
|
Pertimbangan Auditor
|
3. Representative
Sampel
|
Lima puluh faktur penjualan yang
dibuat dalam tahun yang diaudit.
|
Acak
|
Pertimbangan Auditor
|
4. Statistical
Sampel
|
Enam puluh faktur penjualan yang
dibuat dalam 10 bulan pertama dalam tahun yang diaudit.
|
Acak
|
Matematik
|
Auditor dapat menggunakan 100% sample dalam auditnya,
yaitu dengan memeriksa misalnya semua faktur yang menyangkur jumlah penjualan
di atas Rp 400.000. Jika auditor menggunakan cara pemeriksaan ini, auditor
memilih anggota sampel berdasarkan unsur penting atau kunci (jumlah rupiah
penjualan di atas Rp 400.000 dianggap penting untuk diperiksa oleh auditor).
Hasil pemeriksaan terhadap faktur yang berisi jumlah penjualan di atas Rp
400.000 tersebut bersifat konklusif, namun hanya untuk faktur penjualan yang
diperiksa saja. Untuk faktur penjualan yang berisi penjualan Rp 400.000 atau
kurang auditor tidak dapat mengambil kesimpulan mengenai mutunya.
Dalam judgment
sample auditor memilih anggota sampel berdasarkan pertimbangannya. Sebagai contoh,
auditor memilih bulan Juni samapai dengan September sebagai periode pengujian,
dengan pertimbangan dalam bulan – bulan tersebut transaksi yang bersangkutan
dengan penjualan kredit sangat tinggi frekuensinya. Auditor memeriksa semua
faktur penjualan yang dibuat dalam periode pengujian (test period) tersebut untuk mengetahui efektivitas pengendalian
intern terhadap transaksi penjualan. Dalam judgment
sample ini auditor memilih sampel berdasarkan pertimbangan auditor dan
menganalisis hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan auditor pula.
Pengambilan sampel ini tidak dapat disebut dengan statistical sample karena hasil evaluasi terhadap anggota sampel
tidak dapat secara matematis diproyeksikan bagi anggota populasi yang tidak
diperiksa, karena sampel yang diambil tidak mewakili anggota populasi (karena
faktur penjualan yang dibuat di luar test
period tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel).
Dalam auditnya, auditor dapat pula menggunakan representative sample, yaitu dengan
memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi. Dengan cara
ini setiap anggota populasi mempunyai kesempatan sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Namun karena evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel tidak
dilakukan secara matematis, maka representative
sample tidak dapat disebut sebagai statistical sample.
Dalam statistical
sample, auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota
populasi, dan menganalisis hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel secaara
matematis. Dengan cara ini, jika dua orang atau lebih auditor menggunakan
parameter yang sama dalam pengambilan sampel dengan statistical sample ini, maka semua auditor tersebut akan
menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik. Dengan kata lain, statistical sample akan menjamin
objektivitas hasil evaluasi terhadap objek yang diperiksa.
2. STATISTICAL
SAMPLING MODELS
Statistical sampling dibagi menjadi dua : attribute sampling atau
disebut pula proportional sampling
digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam
pengujian pengendalian), sedangkan variable
sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam
akun (dalam penjualan substantif).
3. ATTRIBUTE
SAMPLING MODELS
Ada
tiga model attribute sampling, berikut ini terdapat penjelasan masing – masing
model secara singkat.
Fixed-sample-size
attribute sampling. Model pengambilan
sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan dalam audit. Pengambilan
sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya
mutu tertentu dalam suatu populasi. Misalnya, dengan model ini auditor dapat
memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak dilampiri dengan bukti
pendukung yang lengkap. Model ini terutama digunakan jika auditor tersebut
memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan).
Stop-or-go-sampling. Model pengambilan sampel ini sering juga
disebut dengan decision attribute sampling. Model ini dapat mencegah auditor
dari pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan
pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika auditor yakin bahwa
kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil.
Disscovery sampling. Model pengambilan sampel ini cocok
digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah
(mendekati nol). Dalam model ini auditor menginginkan kemungkinan tertentu
untuk menemukan paling tidak satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat
kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangan,
pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidakberesan yang
lain.
4. FIXED-SAMPLE-SIZE
ATTRIBUTE SAMPLING
Berikut
ini akan diuraikan penggunaan fixed-sample-size
attribute sampling dalam pengujian penggendalian terhadap sistem penjualan
kredit. Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa
untuk menguji efektivitas pengendalian intern.
b. Penentuan populasi yang akan diambil
sampelnya.
c. Penentuan besarnya sampel.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh
anggota populasi.
e. Pemeriksaan terhadap attribute yang
menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap
attribute anggota sampel.
Berikut
ini diuraikan lebih rinci setiap tahap attribute sampling tersebut.
Penentuan
attribute. Sebelum auditor melakukan pengambilan sampel, ia harus secara
seksama menentukan attribute yang akan diperiksa. Attribute adalah
karakteristik yang bersifat kualitatif suatu unsur yang membedakan unsur
tersebut dengan unsur yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian
pengendalian, attribute adalah penyimpangan dari atau tidak adanya unsur
tertentu dalam suatu pengendalian intern yang seharusnya ada. Sebagai contoh,
dalam sistem penjualan kredit, persetujuan pemberian kredit dari Bagian Kredit
merupakan unsur pengendalian intern untuk mencegah terjadinya penjualan kredit
yang tidak mempertimbangkan kemungkinan tertagihnya piutang. Dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem penjualan kredit tersebut, salah satu attribute
yang diperiksa oleh auditor adalah tanda tangan persetujuan dari Kepala Bagian
Kredit yang tertera dalam tembusan kredit (credit
copy).
Penentuan
populasi. Setelah attribute yang akan diuji ditentukan, langkah berikutnya
adalah menentukan populasi yang akan diambil sampelnya. Dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem penjualan kredit tersebut, setelah attribute yang
akan diperiksa ditentukan, yaitu adanya tanda tangan persetujuan kredit oleh
Kepala Bagian Kredit, maka populasi yang akan diambil sampelnya adalah arsip
tembusan surat order pengiriman (cross-index
file copy). Arsip ini berisi copy surat order pengiriman yang dilampiri
dengan credit copy yang seharusnya
ditanda tanggani oleh Kepala Bagian Kredit, yang disusun menurut abjad nama
pembeli, dan yang diselenggarakan oleh Bagian Order Penjualan.
Penentuan
besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dari
populasi tersebut secara statistik, maka auditor harus mempertimbangkan faktor
– faktor berikut ini :
a. Penentuan tingkat kendala (reliability level) atau confidence level atau disingkat R%.
Tingkat keandalan adalah probabilitas benar dalam mempercayai efektivitas
pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor memilih R% = 95% berarti
bahwa ia mempunyai risiko 5% untuk mempercayai suatu pengendalian intern yang
sebenarnya tidak efektif. Dalam pengujian pengendalian, umunya auditor
menggunakan R% = 90%, 95%, atau 99%.
b. Penaksiran persentase terjadinya attribute
dalam populasi. Penaksiran ini didasarkan pada pengalaman auditor di masa yang
lalu atau dengan melakukan percobaan. Dalam hal auditor tidak mempunyai
pengalaman mengenai besarnya tingkat kesalahan dalam populasi, ia dapat
mengambil 50 lembar surat order pengiriman untuk menaksir tingkat kesalahan
dalam populasi. Misalnya dari pemeriksaan 50 lembar surat order pengiriman
tersebut terdapat 1 lembar yang tidak dilampiri dengan credit copy yang ditanda tangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka
taksiran tingkat kesalahan dalam populasi adalah sebesar 2% (1 ÷ 50).
c. Penentuan batas ketepatan atas yang
diinginkan (desired upper precision limit
atau DUPL).
d. Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel
untuk menentukan besarnya sampel. Tabel penentuan besarnya sampel yang tersedia
adalah disusun menurut R%. Lihat tabel 9.1, 9.2 dan 9.3 yang merupakan tabel
penentuan besarnya sampel untuk tingkat keandalan berturut – turut 90%, 95% dan
99%.
Contoh 1. Seorang auditor akan melakukan pengujian
terhadap persetujuan kredit dalam sistem penjualan kredit. Populasi yang akan
diambil sampelnya berupa 2.000 lembar surat order pengiriman yang seharusnya
dilampiri dengan tembusan kredit yang ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit.
Auditor tersebut memilih R% = 95%, dan menentukan DUPL = 5%, yang berarti bahwa
batas maksimum kesalahan yang dijumpai dalam sampel yang akan diambil nanti
tidak boleh melebihi 5%. Auditor memperkirakan dari pengalamannya yang lalu
bahwa persentase kesalahan dalam populasi sebesar 1%. Secara singkat, variabel
yang akan digunakan untuk menentukan besarnya sampel adalah sebagai berikut:
Taksiran persentase kesalahan dalam
populasi (rate of occurrence) : 1%
Desired upper precision limit : 5%
Tingkat keandalan (R%) : 95%
Dengan
menggunakan Tabel 9.2 Penentuan Besarnya Sampel, jumlah lembar tembusan surat
order pengiriman beserta dokumen pendukungnya yang harus diambil dari arsip
adalah n=100.
Cara
menemukan besarnya sampel dari tabel tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Ambil
tabel penentuan besarnya sampel dengan tingkat keandalan (confidence level)
sebesar 95%.
2.
Lihat
kolom taksiran persentase kesalahan populasi (expected percent rate of
occurrence) pada tabel tersebut dan cari angka 1% (yang ditaksir oleh auditor).
3.
Cari
DUPL (baris di atas ) sebesar 5%.
4.
Cari
penentuan antara kolom occurrence rate 1% dengan DUPL 5%.
5.
Kolom
occurrence rate 1% dengan DUPL 5% bertemu pada angka 100. Inilah besarnya
sampel yang harus diambil oleh auditor.
Pemilihan
anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukan besarnya sampel sebanyak 100
lembar surat order pengiriman, timbul masalah mengenai bagaimana menyeleksi 100
lembar dari 2.000 lembar surat order pengiriman. Agar setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka
auditor dapat menggunakan tabel angka acak seperti yang tercantum dalam Tabel
9.4.
Contoh 2. Misalnya
tembusan surat order pengiriman tersebut bernomor urut tercetak, dari 2000
lembar dokumen tersebut yang disimpan dalam arsip mempunyai nomor urut dari
nomor 560 sampai dengan 2559. Pemilihan 100 lembar anggota sampel dari 2000
lembar surat order pengiriman dengan menggunakan angka acak dilakukan sebagai
berikut :
1.
Mulai
memilih angka acak yang tercantum dalam kolom 1 baris 1. Di situ terdapat angka
acak : 9492. Nomor ini tidak dipakai karena berada di luar kisar urut surat
order pengiriman (560-2559).
2.
Kemudian
pencarian angka acak dilakukan dengan mencari angka dalam tabel angka acak yang
cocok dengan nomor urut surat order pengiriman yang ada dalam arsip, sampai
mencapai jumlah 100 angka acak.
3.
Dari
kolom 1, dapat dipilih angka acak untuk memilih nomor surat order pengiriman
berikut ini : 1557; 0174; 1458; 1818; 1771; 2473; 1976; 2149; 1669; 2178; 1964;
2358; 1322; 2292; 2257, dan seterusnya sampai mendapatkan 100 angka dari tabel
angka acak tersebut.
Pemeriksaan terhadap
attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern. Setelah 100 surat order pengiriman yang
memiliki nomor – nomor sesuai dengan angka acak yang dipilih dari tabel angka
acak tersebut diambil dari arsip, langkah berikutnya adalah memeriksa attribute
berupa credit copy yang ditanda
tangani oleh Kepala Bagian Kredit, yang melampiri surat order pengiriman
tersebut. Jika terdapat surat order pengiriman yang tidak dilampiri dengan credit copy yang telah ditanda tanggani
oleh Kepala Bagian Kredit, maka hal ini merupakan attribute, yaitu penyimpangan
dari unsur pengendalian intern yang seharusnya ada. Auditor harus mencatat
berapa kali ia menentukan surat order pengiriman yang tidak dilampiri dengan credit copy yang ditanda tanggani oleh
Kepala Bagian Kredit.
Evaluasi hasil
pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Misalnya dari pemeriksaan terhadap 100 surat order pengiriman
tersebut auditor menemukan 3 lembar surat order pengiriman tidak dilampiri
dengan credit copy yang
ditandatangani oleh Kepala Bagian Kredit, maka auditor tersebut kemudian
menggunakan tabel evaluasi hasil yang memiliki tingkat keandalan sesuai yang
digunakan untuk menemukan berapa achieved
upper precision limit (AUPL). Pencarian AUPL dilakukan oleh auditor dengan
cara sebagai berikut :
a. Ambil Tabel 9.6 Evaluasi Hasil : Keandalan
95%
b. Dalam kolom Sample Size, cari angka besarnya sampel yang telah dipilih
sebelumnya (dalam contoh ini sample size
adalah 100).
c. Dari angka sample size 100 tersebut kemudian pencarian berjalan ke kana secara
horisontal untuk menemukan angka kesalahan yang dijumpai oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap sampel (dalam contoh ini jumlah surat order pengiriman
yang tidak dilampiri dengan credit copy
adalah 3 lembar).
d. Dari angka 3 yang kalau ditarik horisontal
ke kiri didapati sample size, ditarik
vertikal ke atas untuk menemukan achived
upper preecision limit. Dalam contoh ini AUPL adalah 8%.
AUPL
ini kemudian dibandingkan dengan DUPL untuk menilai apakah unsur pengendalian
intern tersebut efektif. DUPL yang ditetapkan oleh auditor tersebut adalah 5%,
sedangkan hasil sampel menunjukkan bahwa AUPL adalah sebesar 8% (dilihat gambar
9.3). Oleh karena itu, kesimpulannya adalah pengendalian intern tersebut tidak
efektif. Jika AUPL lebih rendah dari DUPL, kesimpulan yang dapat diambil adalah
unsur pengendalian intern yang diperiksa merupakan unsur sistem yang efektif.
5. STOP-OR-GO
SAMPLING
Jika
auditor menggunakan fixed-sample-size attribute sampling, kemungkinan ia akan
terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan model
attribute sampling yang lain, yaitu stop-or-go
sampling. Dalam stop-or-go sampling
ini, jika auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah
penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan
sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop-or-go sampling adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan desired upper precision limit
dan tingkat keandalan.
b. Gunakan Tabel Besarnya Sampel Minimum
untuk Pengujian Pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil.
c. Buatlah tabel stop-or-go decision.
d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap
sampel.
Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada tahap ini auditor menentukan tingkat
keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat
diterima. Tabel yang tersedia dalam stop-or-go
sampling ini menyarankan auditor untuk memilih tingkat kepercayaan 90%,
95%, atau 99% (lihat Tabel 9.8).
Contoh 3. Misalnya auditor memilih tingkat keandalan
95% dan desired upper precision limit 5% dalam pengujian pengendalian
terhadap otorisasi kredit dalam sistem penjualan kredit.
Perhatian
: jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup tinggi, umumnya
disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95% dan tidak
tidak menggunakan accepteble precision limit lebih besar dari 5%. Oleh karena
itu, hampir semua pengujian pengendalian, besarnya sample harus tidak boleh
kurang dari 60 tanpa penggantian
Gunakan Tabel Besarnya
Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian untuk menentukan sampel pertama
yang harus diambil. Setelah tingkat
keandalan dan desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah
berikutnya adalah menentukan besarnya sampel minimum untuk Pengujian
Pengendalian. Menurut Tabel 9.7, jika pengendalian intern klien baik, auditor
disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95% dan menggunkan
desired upper precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada umumnya dalam
pengujian pengendalian, auditor tidak pernah memilih besarnya sampel kurang
dari 60.
Contoh 4. Auditor kemudian mengambil Tabel 9.8 untuk
menentukan besarnya sampel minimum dengan cara menentukan titik potong baris
desired upper precision limit (atau acceptable upper precision limit) dengan
kolom reliability level yang telah dipilih. Jika auditornya telah menetapkan
DUPL = 5% dan tingkat keandalan (reliability level) = 95%, maka berdasarkan
Tabel 9.7 tersebut, jumlah sampel minimum adalah 60 lembar surat order
pengiriman.
Buatlah tabel stop-or-go decision. Setelah besarnya sampel minimum
ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan stop-or-go yang disajikan pada gambar
9.5. Dalam tabel stop-or-go decision
tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali. Umumya, dalam merencang
tabel stop-or-go decision, auditor
jarang merencanakan pengambilan sampel lebih dari 3 kali.
Berikut ini
diuraikan cara penyusunan tabel stop-or-go
decision seperti gambar diatas.
Langkah 1. Pada langkah ini auditor menentukan
besarnya sampel minimum dengan menggunakan Tabel 9.7 seperti yang telah
diuraikan di atas. Jumlah sampel dicantumkan dalam kolom Besarnya Sampel
Kumulatif pada baris langkah 1. Jika dari pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel
tersebut auditor tidak menemukan kesalahan, maka auditor menghentikan
pengambilan sampel, dan mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern
yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPLS = AUPL
(desired upper precision limit sama dengan achieved upper precision limit). Pada tingkat kesalahan sama dengan
0, AUPL dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Menurut Tabel 9.8 confidence level factor pada R% = 95 dan
tingkat kesalahan sama dengan 0 adalah 3, oleh karena itu, AUPL = 3 ÷ 60 = 5%.
Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, DUPL = AUPL, dapat disimpulkan jika kesalahan
yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel sama dengan 0, maka
unsur pengendalian intern klien adalah baik, karena AUPL tidak melebihi DUPL.
Jika kesalahan yang dijumpai dalam
pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel tersebut sama dengan 1, maka confidence level factor pada R% = 95
adalah sebesar 4,8 (lihat cara pencarian confidence
level factor dalam Tabel 9.7 pada Gambar 9.6).
Dengan demikian, jika tingkat
kesalahan yang dijumpai dalam sampel sebanyak1, AUPL = 4,8 ÷ 60 = 80% adalah
melebihi DUPL yang ditetapkan sebesar 5%. Oleh karena AUPL > DUPL, auditor
perlu mengambil sampel tambahan. Sampel tambahan ini dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini :
Dalam
contoh tersebut di atas besarnya sampel dihitung sebagai berikut : 4,8 ÷ 5% =
96. Angka besarnya sampel ini kemudian dicantumkan dalam tebel tersebut pada
kolom “Besarnya Sampel Kumulatif yang Digunakan” dan baris “Langkah 2”.
Langkah 3. Jika dalam pemeriksaan terhadap attribute
96 anggota sampel pada langkah 2 tersebut auditor menemukan 2 kesalahan atau
penyimpangan, maka auditor akan mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga
pada langkah ke-3 ini jumlah sampel kumulatif menjadi sebanyak 126. Jika dari
126 anggota sampel tersebut hanya dijumpai 2 kesalahan, maka achieved upper precision limit (AUPL) =
6,3 ÷ 126 = 5%. Dengan demikian jika dari 126 anggota sampel tersebut hanya
terdapat 2 kesalahan, auditor akan mengambil kesimpulan bahwa pengendalian
intern klien adalah efektif, dan auditor akan menghentikan pengambilan
sampelnya, karena AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari 126 anggota sampel
tersebut auditor menemukan 3 kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 6,19% (7,8 ÷
126). Dalam keadaan ini auditor memerlukan tambahan sampel sebanyak 156 (7,8 ÷
5%) dan pindah ke langkah ke-4.
Langkah 4. Jika dalam pemeriksaan terhadap attribute
126 anggota sampel pada Langkah 3 tersebut auditor menemukan 3 kesalahan atau
penyimpangan, maka auditor akan mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga
pada langkah ke-4 ini jumlah sampel kumulatif menjadi sebanyak 156. Jika dari
156 anggota sampel tersebut hanya dijumpai 3 kesalahan, maka achieved upper precision limit (AUPL) =
7,8 ÷ 156 = 5%. Dengan demikian, jika dari 156 anggota sampel tersebut hanya
terdapat 3 kesalahan, auditor akan mengambil kesimpulan bahwa pengendalian
intern klien adalah efektif, dan auditor akan menghentikan pengambilan
sampelnya, karena AUPL sama dengan DUPL. Namun, jika dari 156 anggota sampel
tersebut auditor menemukan 4 kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 5,9% (9,2 ÷
156). Dalam keadaan ini auditor beralih ke langkah 5, yaitu mengambil
kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksanya tidak dapat
dipercaya atau auditor dapat menggunakan fixed
sample-size-attribute sampling sebagai alternatif.
6. DISCOVERY
SAMPLING
Umumnya,
kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery sampling adalah :
1.
Jika
auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau
mendekati nol persen.
2.
Jika
auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan,
merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang
serius dalam laporan keuangan.
Discovery
sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika tujuan
audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampaak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan
tersebut.
Prosedur
pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagai berikut :
1.
Tentukan
attribute yang akan diperiksa.
2.
Tentukan
populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya.
3.
Tentukan
tingkat keandalan.
4.
Tentukan
desired upper precision limit.
5.
Tentukan
besarnya sampel.
6.
Periksa
attribute sample.
7.
Evaluasi
hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.
Tentukan attribute yang
akan diperiksa. Attribute yang
akan diperiksa harus ditentukan lebih dahulu sebelum discovery sampling
dilakukan. Dalam pengujian pengendalian terhadap sistem pembelian misalnya,
attribute yang diperiksa oleh auditor adalah bukti kas keluar yang dilampiri
dengan bukti pendukung yang lengkap (surat order pembelian, laporan penerimaan
barang dan faktur dari pemasok)
Tentukan populasi dan
besar populasi yang akan diambil sampelnya. Tabel untuk menentukan besarnya sampel disusun sesuai
dengan besarnya populasi. Oleh karena itu, setelah attribute ditetapkan,
langkah berikutnya adalah menghitung besarnya populasi. Seperti dalam pengujian
pengendalian terhadap sistem pembelian tersebut, auditor menghitung jumlah
seluruh bukti kas keluar dalam tahun yang diaudit, baik yang sudah dibayar
maupun yang belum dibayar. Jika bukti kas keluar dalam tahun yang diaudit
berjumlah 6.500 lembar, maka untuk menentukan besarnya sampel auditor harus
menggunakan tabel yang disusun untuk besar populasi antara 5.000 sampai dengan
10.000 (lihat Tabel 9.11).
Tentukan tingkat
keandalan. Seperti halnya
dengan model attribute sampling yang lain, auditor harus menentukan tingkat
keandalan. Misalnya, dalam contoh di atas auditor menetapkan R% = 95
Tentukan desired upper
precision limit. Auditor kemudian menentukan
tingkat kesalahan populasi yang masih dapat diterima. Dalam contoh di atas
auditor menetapkan DUPL sebesar 1%.
Tentukan besarnya sampel.
Dengan menggunakan tabel
discovery sampel yang sesuai dengan besarnya populasi objek yang akan
diperiksa, R% dan DUPL, maka auditor akan dapat menentukan besarnya sampel.
Dalam contoh di atas, besarnya sampel yang dicari dalam Tabel 9.11 adalah 300.
Cara mencari besarnya sampel dalam tabel Discovery Sampling adalah sebagai
berikut : (1) pilih tabel Discovery Sampel sesuai dengan populasi objek yang
diperiksa, (2) lihat kolom yang sesuai dengan DUPL yang telah ditetapkan, (3)
dalam kolom DUPL, tersebut urutkan ke bawah sampai menemukan angka yang sesuai
dengan R% yang telah ditentukan, (4) dari angka R% tersebut urutkan ke kiri
secara mendatar ke kolom sample size sampai menemukan angka dalam kolom
tersebut. Angka dalam kolom sample size tersebut merupakan angka besarnya
sampel. Pada Gambar 9.7 dilakukan cara pencarian besarnya sampel dengan bantuan
tabel discovery sampling.
Evaluasi hasil
pemeriksaan terhadap karakteristik sampel. Jika dari hasil pemeriksaan 300 anggota sampel
tersebut auditor tidak menemukan kesalahan, auditor akan segera mengambil
kesimpulan bahwa dengan 95% keyakinan bahwa kemungkinan terjelek tingkat
kesalahan dalam populasi tidak melebihi 1%. Dengan kata lain, pengendalian
intern klien terhadap sistem pembelian adalah efektif. Di lain pihak, jika
auditor menemukan kesalahan satu atau lebih kesalahan dalam pemeriksaan
terehadap anggota sampel, auditor kemungkinan tidak akan membuat kesimpulan
secara statistik mengenai hasil pemeriksaannya. Jika tujuan pemeriksaan adalah
menemukan (discover) kesalahan, maka
auditor akan menghentikan pemeriksaan terhadap anggota sampel segera setelah ia
menemukan kesalahan. Langkah berikutnya umumnya adalah auditor melakukan penelaahan
terhadap karakteristik kesalahan yang ditemukannya tersebut. Jadi, misalnya
auditor telah menemukan kesalahan pada saat ia memeriksa bukti kas keluar yang ke
sepuluh, maka ia akan menghentikan pemeriksaan terhadap anggota sampel yang
lain. Meskipun jumlah anggota sampel adalah 300 lembar bukti kas keluar. Yang
perlu disadari dalam discovery sampling
adalah bahwa auditor bertujuan menemukan kesalahan dan menilai karakteristik
kesalahan tersebut, sehingga auditor akan menghentikan proses pengambilan dan pemeriksaan
sampel begitu ia menemukan satu kesalahan di dalamnya. Jika tujuan auditor
dalam menggunakan discovery sampling
bukan untuk menemukan kesalahan, ia dapat tetap memeriksa attribute seluruh anggota sampel, meskipun ia telah menemukan
kesalahan, dan kemudian menggunakan Tabel 9.4 sampai dengan 9.6 atau Tabel 9.8
untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan sampelnya guna memproyeksikan hasil
pemeriksaan terhadap sampelnya ke karakteristik populasinya.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Attribute sampling digunakan oleh
auditor terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian
pengendalian). Ada tiga model attribute sampling : (1) fixed-sample-size attribute sampling, (2) stop-or-go sampling, (3) discovery
sampling.
Model pengambilan sampel dengan fixed-sample-size attribute sampling
ditunjukkan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu
populasi. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian
pengendalian terhadap suatu unsur pengawasan intern, dan auditor tersebut
memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan). Prosedur
pengambilan sampel dalam fixed-sample-size
attribute sampling dilakukan
sebagai berikut :
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa
untuk menguji efektivitas pengendalian intern.
b. Penentuan populasi yang akan diambil
sampelnya.
c. Penentuan besarnya sampel.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh
anggota populasi.
e. Pemeriksaan terhadap attribute yang
menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern.
f.
Evaluasi
hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel.
Model pengambilan sampel stop-or-go sampling sering juga disebut
dengan decision attribute sampling yang digunakan jika auditor yakin bahwa
kesalahan yang diperkirakan dalam popilasi sangat kecil. Prosedur yang harus
ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop-or-go
sampling adalah sebagai berikut :
a. Tentukan desired upper precision limit
dan tingkat keandalan.
b. Gunakan Tabel Besarnya Sampel Minimum
untuk Pengujian Pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil.
c. Buatlah tabel stop-or-go decision.
d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap
sampel.
Model pengambilan sampel discovery sampling cocok digunakan jika
tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati
nol). discovery sampling dipakai oleh
auditor untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur
pengendalian intern, dan keridakberesan yang lain. Prosedur pengambilan sampel
dalam discovery sampling adalah :
a. Tentukan
attribute yang akan diperiksa.
b. Tentukan
populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya.
c. Tentukan
tingkat keandalan.
d. Tentukan
disered upper precision limit.
e. Tentukan
besarnya sampel.
f.
Periksa attribute sample.
g. Evaluasi
hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel.
DAFTAR
PUSTAKA
AICPA.
AICPA Professional Standards as of June 1,
1998. Volume II. Chiago: Commerce Clearing House, Inc., 1998.
Mulyadi.
Sistem Akuntansi. Edisi ke-3 Jakarta:
PT Salemba Empat, 2001.
Ikatan
Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Jakarta: PT
Salemba Empat, 2001.
Belum ada Komentar untuk "Attribute Sampling"
Posting Komentar